Laporan Praktikum Tanggal
Praktikum : 3 Oktober 2011
Biokimia Tempat : Laboratorium Biokimia I
Waktu
Praktikum : Siang (13.00-16.00)
PJP
: Waras Nurcholis, M.Si
Asisten
:
Rezsa Berri P.
An-nisa Rosiyana
Restu Rahayu
KARBOHIDRAT
Disusun oleh :
Rizky Cahya Windari (G34100040)
Sandi Yuda Pratama (G34100092)
Departemen Biokimia
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut
Pertanian Bogor
2011
Pendahuluan
Karbohidrat merupakan suatu golongan senyawa yang terdiri
dari karbon dengan hidrogen dan oksigen yang mempunyai rumus kimia Cn(H2O)m
menyiratkan suatu “hidrat” dari karbon (Oxtoby David 2003). Klasifikasi
karbohidrat pada umumnya didasarkan atas komplektisitas struktur kimia.
Berdasarkan kekomplekstisitasnya karbohidrat dibedakan atas karbohidrat
sederhana yaitu monosakarida dan karbohidrat majemuk yaitu olisakarida dan
polisakarida (Damin 2008). Monosakarida merupakan karbohidrat yang paling
sederhana. Oligosakarida mengandung dua sampai sepuluh satuan monosakarida yang
terikat bersama. Polisakarida mengandung satuan monosakarida lebih dari sepuluh
(Petrucci 1987) Karbohidrat juga Sebagai salah satu bahan makanan sumber energi
untuk tubuh, maka karbohidrat tersebar luas di alam baik dalam jaringan hewan
maupun didalam jaringan tanaman.
Percobaan karbohidrat ini akan dilakukan delapan pengujian
kualitatif. Yaitu : uji Molisch untuk
mengetahui kandungan karbohidrat pada suatu larutan.Uji benedict untuk menentukan adanya gula pereduksi dalam
sampel,
uji barfoed untuk membedakan monosakarida dari disakarid,. Uji fermentasi, uji selliwanoff, uji osazon, uji tauber, dan uji iod. Setelah
mengamati praktikum ini akan dapat menunujukkan sifat dan struktur karbohidrat
melalui uji – uji kualitatif dan dapat mengamati struktur beberapa karbohidrat
melalui sifat reaksinya dengan beberapa reagen uji.
Metode
Praktikum
Alat dan
Bahan :
Alat-alat yang
digunakan dalam praktikum kali ini di antaranya adalah tabung reaksi, pipet,
pengaduk, pipet ukur, tabung reaksi, mikroskop, mortar, tabung fermentasi, kaca
preparat dan papan uji. Sedangkan untuk bahan yang digunakan antara lain
larutan 5% α-naftol, alkohol 95%, glukosa 1%, fruktosa1%, sukrosa1%, laktosa
1%, maltosa 1% dan pati 1%. 1ml
fosfomolibdat, ragi, NaOH, pereaksi selliwanof, arabinosa 1%, gum arab 1%.
Tepung pati, tepung glikogen, dan tepung agar-agar
Prosedur percobaan :
Percobaan uji Molisch menggunakan pereaksi yang terdiri dari larutan 5%
α-naftol dalam alkohol. Uji molisch ini dilakukan terhadap 6 larutan yaitu larutan glukosa 1%, fruktosa 1%, sukrosa 1%,
laktosa 1%, maltosa 1% dan pati 1% dengan
cara memasukkan larutan tersebut masing-masing sebanyak 5 ml ke dalam tabung
reaksi dan ditambahkan 2 tetes pereaksi molisch. Lalu campur merata kemudian
dengan perlahan-lahan tambahkan asam sulfat pekat. dan terbentuk warna yang
diantara batas dua larutan tersebut. Jika warna ungu kemerahan menunjukkan
reaksi positif sedangkan warna hijau menunjukkan reaksi negatif
Percobaan uji
benedict dilakukan dengan memasukkan pereaksi benedict yang mengandung kupri
sulfat, natrium karbonat dan natrium sitrat ke dalam tabung reaksi. Dan
tambahkan 8 tetes larutan bahan yang akan diperiksa, lalu campur dan didihkan
selama 5 menit. Setelah itu biarkan sampai menjadi dingin dan akan terlihat
warna. warna hijau kebiruan, hijau dan kuning mengindikasikan terdapatnya gula
dengan konsentrasi sektar 250, 500 dan 100 mg/dL. Sedangkan terdapatnya endapan
merah bata menunjukkan konsentrasi gula sekitar 200 mg/dL.
Pengujian ketiga
yaitu uji barfoed. 1 ml pereaksi barfoed dan 1 ml bahan percobaan dicampurkan
kedalam tabung reaksi lalu panaskan dalam air mendidih selama 3 menit, dan
dinginkan. Setelah itu masukkan 1 ml
fosfomolibdat, kocok dan amati warna yang akan terbentuk.
Uji fermentasi
dilakukan dengan cara memasukkan memasukkan 20 ml larutan bahan percobaan dan 2
gram ragi roti kedalam mortar lalu gerus hingga homogen. Setelah itu, suspensi
tersebut diisi kedalam tabung fermentasi sampai bagian kaki yang tertutup
terisi penuh oleh cairan. Lalu tutup tabung dengan ibu jari dan di bolak balik
beberapa kali. Adanya hisapan pada ibu jari menunjukkan adanya gas CO2.
Pengujian kelima
yaitu uji selliwanoff. 5 ml pereaksi selliwanoff dicampurkan dengan beberapa
tetes bahan percobaan. Lalu didihkan selama 30 detik atau 60 detik. Akan
terbentuk cairan merah. Selanjutnya, pada Uji osazon dilakukan dengan mengamati
larutan glukosa 1%, fruktosa1%, sukrosa1%, laktosa 1%, maltosa 1% dibawah
mikroskop yang telah ditetesi kedalam kaca preparat.
Uji tauber
dilakukan dengan memasukkan satu tetes larutan bahan percobaan dan 2 ml
pereaksi Tauber kedalam tabung reaksi. Panaskan larutan tersebut dan dinginkan.
warna yang terbentuk adalah warna merah ceri. Untuk memperjelas warna tersebut
tambahkan sejumlah air. Pengujian ini juga dilakukan pada larutan glukosa 1%,
fruktosa 1%, arabinosa 1% dan gum arab 1%.
Pengujian pada
praktikum karbohirat yang terakhir adalah uji iod. Kedalam papan uji, masukkan
sedikit tepung bahan percobaan yang terdiri dari tepung pati, tepung gum arab
dan tepung agar-agar. Lalu tetesi dengan larutan iod encer dan dicampurkan
hingga homogen. Akan terbentuk warna dari masing-masing campuran tersebut.
Hasil Pengamatan
Tabel 1 hasil uji
Molisch
Larutan uji
hasil pengamatan keterangan :
(+) warna ungu kemerahan
Glukosa 1% +
Fruktosa 1% +
Sukrosa 1% +
Laktosa 1% +
Maltosa 1% +
Pati 1% +
Gambar 1 hasil uji molisch (kanan –kiri)
Tabel. 2 hasil uji Benedict
larutan uji
hasil pengamatan keterangan :
(+)
terdapat gula
Glukosa 1% +
(
- ) tidak terdapat gula
Fruktosa 1% +
Sukrosa 1% -
Laktosa 1%
+
Maltosa 1% +
Pati 1%
-
Gambar 2 hasil uji benedict (kiri-kanan)
Tabel. 3 hasil uji Barfoed
larutan uji
hasil pengamatan keterangan :
(+) terbentuk warna
biru
Glukosa 1% +
Fruktosa 1% +
Sukrosa 1% +
Laktosa 1% +
Maltosa 1% +
Pati 1%
+
Gambar 3 hasil uji Barfoed (kiri-kanan)
Tabel 4 hasil uji
fermentasi
larutan uji menit ke- panjang gas setelah penambahan NaOH
glukosa 0 0 ada gas CO2
5 1,3
10 2,5
15 4
20 5
Pati 0 0 ada gas
CO2
5 1,5
10 3,4
15 4
20 4,8
25 5
Gambar 4 Hasil Uji Fermentasi Glukosa
Tabel 5 hasil uji
selliwanoff
larutan uji warna hasil pengamatan
Glukosa 1% tidak berwarna -
Fruktosa 1% jingg +
Sukrosa 1% jingga +
Laktosa 1% jingga +
Maltosa 1% tidak berwarna -
Pati 1% tidak berwarna -
Gambar 5 hasil uji selliwanof (kiri – kanan )
Tabel 6 hasil uji Osazon
larutan uji pengamatan literatur
glukosa
Fruktosa
Sukrosa
Laktosa
Maltosa
Tabel 7 hasil uji iod
larutan uji pengamatan literatur
Tepung Pati Biru pekat
Tepung Gum Arab Orange pekat
Tepung Agar-agar Coklat
pekat
Gambar 7 hasil uji iod
Pembahasan
Pada Uji Molish jika
larutan mengandung glukosa akan membentuk lingkaran berwarna violet (ungu)
kemerahan yang artinya larutan mengandung glukosa dan fenomena tersebut terjadi
pada kelima larutan coba (glukosa, fruktosa, sukrosa, laktosa, maltose, pati).
Pada uji Benedict jika larutan berubah dari biru menjadi endapan merah setelah
di panaskan(1000) maka larutan mengandung karbohidrat pereduksi
hanya larutan glukosa, fruktosa, laktosa
dan pati. Pada uji Barfoed larutan monosakarida akan lebih cepat mengendap dan
berwarna biru lebih pekat yaitu pada larutan glukosa dan fruktosa. Pada uji
Selliwanoff larutan berwarna orange akan muncul setelah dipanaskan jika pada
larutan mengandung ketosa yaitu larutan fruktosa dan sukrosa. Pada uji Iodin didapatkan kandungan amilosa pada pati,
hal ini ditunjukan oleh perubahan warna menjadi biru-hitam.S
Pada
uji Molish dasar uji adalah heksosa atau pentose mengalami dehidrasi oleh
pengaruh H2SO4 pekat menjadi hidroksilmetilfurfural dan kondensasi aldehide
yang terbentuk ini dengan a-naftol membentuk senyawa berwarna khusus untuk
polisakarida dan disakarida. Reaksi terjadi tiga tahapan yaitu hidroslis
polisakarida dan disakarida menjadi heksosa atau pentose, dan diikuti oleh
proses dehidrasi dan kondensasi ( Sumardjo
2008 ).
Pada Uji Benedict pemanasan
karbohidrat pereduksi dengan benedict akan terjadi perubahan warna dari biru
menjadi kemerah-merahan dan akhirnya terbentuk endapan merah bata kupro oksida
konsentrasi karbohidrat pereduksi cukup tinggi ( Sumardjo 2008 ).
Pada pemanasan karbohidrat
pereduksi bufroed, terjadi reaksi karbohidrat pereduksi asam onat dan reduksi
pereaksi bufroed sebagai ion cupri (CU++) menjadi endapan kupro
oksida. Pada kondisi dan konsentrasi yang sama disakarida memberikan endapan
lebih lambat dari pada monosakarida (
Sumardjo 2008 ).
Pada
uji Selliwanoff uji ini dipakai untuk mengujikan ketoheksosa, misalnya
fruktosa. Dua tahap reaksi terjadi dalam pendidihan ini, yaitu dehidrasi
fruktosa oleh HCl yang ada dalam pereaksi selliwanoff membentuk hidroksimetilfurfural
dan kondensasi hidroksimetilfurfural yang terbentuk dengan resorsinol membentuk
senyawa berwarna merah. Sukrosa akan mengalami hidrolisis menjadi glukosa dan
fruktosa dalam proses ini ( Sumardjo 2008 ).
Pada
uji Osazon, Fenilhidrazin bereaksi dengan monosakarida dan beberapa disakarida
membentuk hidrazon dan osazon. Hidrazon merupakan substansi yang mudah larut (soluble) dan sulit diisolasi. Sedang
osazon kebalikannya, ia relatif tidak melarut dan membentuk kristal yang
bentuknya spesifik untuk setiap jenis sakarida. Itulah sebabnya mengapa osazon
menjadi begitu penting dalam membantu
mengidentifikasi konfigurasi struktural dari sakarida. Reaksi pembentukan
osazon adalah sebagai berikut:
Aldosa +
fenilhidrazin ——→ fenilhidrazon
Fenilhidrazon +
2 fenilhidrazin ——→ Osazon + aniline + NH3 +H2O
Sukrosa tidak
membentuk osazon.
Pada uji
dengan reagen yodium sebuah hasil warna biru-hitam jika amilum hadir. Jika
amilosa pada bahan uji tidak hadir, maka warna akan tetap oranye atau kuning.
Pati amilopektin tidak memberikan warna, juga tidak selulosa, juga tidak
disakarida seperti sukrosa dalam gula. Ketika mengikuti perubahan dalam
beberapa reaksi reduksi organik, yodium dapat digunakan sebagai indikator untuk
mengikuti perubahan ion iodida dan elemen yodium. Larutan kanji larut
ditambahkan. Unsur yodium hanya dihadapan ion iodida akan memberikan
karakteristik warna biru hitam. Baik elemen yodium sendirian ataupun ion iodida
saja akan memberikan hasil warna.
Pada pengujian Molish
digunakan larutan asam sulfat (H2SO4) pekat yang fungsinya mendihidrasi senyawa
heksosa atau pentose menjadi senyawa hidroksimetilfurfural. Kemudian digunakan
pula larutan NaOH 10% yang berfungsi untuk mengetahui pengaruh basa
teerhadap sifat reduktif dari jenis karbohidrat. Penambahan NaOH pada gula
menunjukan perubahan larutan menjadi kuning bening. Hal ini
disebabkan karena penambahan basa mengakibatkan terjadinya dekomposisi dan
karamelisasi (pencoklatan enzimatis). Glukosa tidak stabil pada suasana basa.
Karamelisasi merupakan peristiwa pencoklatan non enzimatis pada senyawa gula.
Proses ini terjadi adanya degradasi gula tanpa adanya enzim. Proses
karamelisasi inilah yang menyebabkan terjadinya warna kuning pada percobaan
diatas. Warna kuning ditimbulkan karena gula mengalami karamelisasi dengan
adanya alkali (Tranggono, 1987).
Kemudian fungsi pemanasan pada suhu 100 oC adalah untuk mempercepat
reaksi pada proses larutan uji.
Aplikasi uji karbohidrat contohnya, Reagen Benedict
dapat digunakan untuk menguji kehadiran glukosa dalam urin . Glukosa ditemukan
untuk hadir dalam urin merupakan indikasi dari diabetes mellitus . Setelah gula
pereduksi terdeteksi dalam urin, tes lebih lanjut harus mengalami dalam rangka
untuk memastikan gula hadir. Hanya glukosa merupakan indikasi diabetes.
Simpulan
Semua larutan yang diujikan yaitu glukosa, fruktosa,
sukrosa, laktosa, maltosa, dan pati mengandung karbohidrat. Tetapi semua
larutan tersebut memiliki komponen gula yang berbeda-beda. Serta tidak semua
larutan mengandung gula pereduksi. Hasil uji iod menunjukkan bahwa hanya pati
yang mengandung amilosa.
Daftar
Pustaka
Oxtoby, David W.
2001. Prinsip-prinsip kimia modern.
Jakarta: Erlangga.
Petrucci, Ralph. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi
keempat
Jilid 3. Jakarta : Erlangga
Sumardjo, Darmin. 2008. Pengantar Kimia : Buku Panduan Kuliah
Mahasiswa
Kedokteran dan Program Strata I. Jakarta: EGC.
Tranggono
et al. 1987. Kimia Pangan PAU Pangan dan Gizi. Yogyakarta: UGM